Apakah Politik Di Amerika Adalah Agama Baru



Apakah Politik Di Amerika Adalah Agama Baru – Mandy akan selalu mengingat 6 Januari 2021 dengan cara yang sangat pribadi. Karena dia ada di sana, di dalam US Capitol, mendukung presidennya.

Apakah Politik Di Amerika Adalah Agama Baru

yourpublicmedia – Gambaran yang dia lihat hari itu tetap tajam: Bendera raksasa Amerika dibawa oleh massa saat mereka berbaris dari Ellipse. Menyanyikan “The Star-Spangled Banner” di tangga Capitol. Dan akhirnya, memasuki gedung melalui pintu terbuka dan berdiri dengan damai di Rotunda yang luas.

Ia ketahui video yang menampilkan kekerasan massa. Tetapi itu tentu di lain sisi Capitol, ucapnya. Untuknya, itu merupakan hari keceriaan, semua orang yang berpikir sama tergabung dengan niat serupa untuk “hentikan perampokan” pemilu 2020.

“Ini barangkali hari paling patriotik dalam kehidupan aku,” ugkap Mandy (bukan nama sebetulnya), yang minta untuk tak disebut sosoknya supaya tak menaruhkan kerjanya. Dengan halaman Facebook sebagai pusat jaringan pro-Trump, ia mengaku ia sudah membuat perjalanan ke 21 tindakan demonstrasi untuk eks Presiden Donald Trump semenjak 2016. “Aku memberi dukungan pada semua orang sebagaimana yang aku kerjakan untuk Trump.”

Cerita sama mengenai persekutuan sekuler sudah melahirkan sebuah teori yang belakangan ini mendapatkan banyak perhatian: jika untuk banyak individu Amerika, politik sudah jadi kuasi-agama khususnya karena keterlibatan dalam agama yang sejatinya dan terorganisir sudah jeblok. Memang, Mandy mengaku jika ia yakin pada Tuhan, dan dibesarkan di Baptis Selatan, tapi saat ini bukanlah pengunjung gereja.

Baca Juga : Seorang Sheriff Baru, Ingin Menutup Penjara Ash Street

Amerika Serikat sudah lama diketahui dengan apa yang oleh beberapa sosiolog disebutkan “agama sipil” sebuah keyakinan nonsektarian bersama yang terpusat pada bendera, document pendirian negara, dan Tuhan. Tapi aspek Tuhan menghilang, sebagaimana yang disebutkan nones ateis, agnostik, dan mereka yang mengenali diri sebagai “tidak ada yang khusus” sudah bertambah jadi sepertiga dari komunitas AS, berdasarkan sebuah survey besar tahun 2020 dari Harvard.

Dari pengikut MAGA di kanan sampai pejuang keadilan sosial di “kiri yang terjaga”, aktivisme politik yang dapat berasa “mutlak” dengan semi-religius menjalar. Di saat serupa, keanggotaan Amerika di dalam rumah beribadah jeblok sampai di bawah 50% untuk kali pertamanya dalam delapan dasawarsa jajak opini Gallup – dari 70% di tahun 1999 jadi 47% di tahun 2020.

Dan karena politik Amerika sudah terpolarisasi, demikian juga profile agama bangsa. Pusat arus khusus Protestan sudah dilubangi, komunitasnya berkurang secara menegangkan. Sekarang ini, individu Amerika yang spiritual condong menetapkan jemaah mereka dengan penglihatan keterpihakan – sampai di titik di mana opsi kandidat presiden bisa arahkan pemilih untuk berpindah ke gereja anyar.

“Liberal dan ‘nones’ ke kiri; golongan konvensional dan Injili berhaluan kanan,” ugkap Ryan Burge, ahli agama dan politik di Eastern Illinois University, dan penulis buku anyar dengan judul “The Nones”. “Tidak ada tengah kembali.”

Ateis, ucapnya, saat ini ialah barisan yang sangat aktif secara politik di AS. Mereka jauh dari yang paling besar, yakni 6% dari komunitas, tapi secara statistik mereka paling barangkali turut serta dalam aktivitas politik.

“Politik kita sudah jadi agama. Itu mempunyai antusiasme spiritual saat ini yang bahkan juga tidak ada 20 atau 30 tahun lalu,” ugkap Profesor Burge, yang seorang pendeta Baptis.

Kenapa ini terjadi? Beberapa menunjuk ke sosial media dan rutinitas konsumsi informasi yang sudah tutup individu Amerika ke celah gaung ideologis yang habiskan semua dan menghasut respon emosional. Rasa jaringan yang diketemukan beberapa individu lewat cara online barangkali gantikan media sosial yang sempat dibuat oleh rumah beribadah.

Penyortiran geografis, di mana individu condong tinggal di dekat mereka yang mempunyai penglihatan politik serupa, ialah elemen lain. Pengajaran tinggi, dikuasai oleh budaya yang makin sekuler, bisa menolong menerangkan kenapa banyak sekali anak muda berpendidikan perguruan tinggi saat ini menampik agama, dengan beberapa justru mendapati destinasi dan arti dalam aktivisme politik. Penekanan budaya pada sains dan “rasionalisme” adalah aspek.

Tetap, ada beberapa nuansa. Presiden Joe Biden, seorang Katolik Roma yang patuh, ialah presiden Amerika pertama semenjak Jimmy Sewa yang mendatangi gereja dengan teratur. Pada umumnya, individu memiliki iman terutamanya komune kulit hitam masih tetap jadi elemen kunci politik Demokrat. Senator Georgia Raphael Warnock yang anyar dipilih ialah pendeta senior di Gereja Baptis Ebenezer di Atlanta, tempat Pdt. Martin Luther King Jr. berkhotbah.

Berlainan dengan pergerakan hak-hak sipil tahun 1960-an, kepimpinan khusus pergerakan Black Lives Matter sekarang ini tidak tampil dari gereja kulit hitam. Dan kemampuan serupa yang memainkan keterlibatan spiritual di kelompok anak muda Amerika, terutamanya, mempengaruhi gereja kulit hitam. Di antara 2008 dan 2020, disafiliasi agama antara individu Afrika-Amerika naik dari 17,7% jadi nyaris 35%, berdasarkan study Harvard, yang dikenali sebagai Cooperative Congressional Election Survei (CCES).

Bahkan juga untuk pengikut agama Amerika, peranan rumah beribadah tradisionil tengah berubah. Wabah sudah melahirkan “gereja online”, yang memungkinkannya beberapa jemaah mendapati rumah rohani yang jauh dari rumah fisik mereka. Tetapi trend yang semakin besar telah terang: individu Amerika keseluruhannya menjauhi agama yang terorganisasi, terutamanya agama arus khusus. Dan perubahan itu searah dengan timbulnya wujud politik simpatisan yang intensif yang oleh beberapa individu dinilai sebagai kuasi-religius, yang memberi rasa dedikasi, rasa mempunyai, dan kejelasan kepribadian pada para penganutnya.

Terutamanya di kelompok anak muda, “bila calon Anda menang, Anda mempunyai hati senang,” ugkap Profesor Burge. Pakta politik bisa mempunyai nuansa tatap muka denominasi kuno. Pidato tunggul seperti kebangunan tenda. Menyumbangkan dengan teratur ke calon seperti memberikan persepuluhan.

Akan tetapi, ia memberi saran, beberapa individu yang menjauhi dari agama untuk politik pada akhirannya barangkali berasa kurang dalam beberapa hal tertentu. Politik “tidak mempunyai kaki seperti agama yang bawa Anda melalui semua sisi kehidupan.”